CYBER BULLYING


CYBER BULLYING







Apa Itu Cyberbullying?

Cyberbullying adalah bentuk perundungan atau pelecehan yang dilakukan melalui teknologi digital. Menurut UNICEF (Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa), perilaku ini dapat terjadi di berbagai platform seperti media sosial, forum online, game daring, serta melalui pesan singkat atau aplikasi perpesanan.

Tindakan ini dilakukan secara berulang dengan tujuan untuk menyakiti korban secara emosional, membuat mereka merasa takut, marah, atau malu. Bentuk-bentuk cyberbullying bisa berupa gangguan daring, penyebaran informasi palsu, unggahan foto atau video yang mempermalukan seseorang, maupun pesan yang bernada kasar, menghina, atau menyakitkan.

Cyberbullying dapat memberikan dampak serius terhadap kondisi emosional dan psikologis korban. Oleh karena itu, penting untuk segera mengambil tindakan, baik dengan memblokir pelaku, menyimpan bukti, maupun melaporkannya kepada pihak berwenang atau pengelola platform digital. Tindakan pencegahan dan pelaporan ini tidak hanya menjadi tanggung jawab korban, tetapi juga siapa pun yang menyaksikan kejadian tersebut.

Faktor Penyebab Cyberbullying

Cyberbullying biasanya tidak muncul begitu saja. Ada sejumlah faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan perundungan secara daring, antara lain:

1.     1Anonimitas dan Rasa Aman di Dunia Maya

Banyak pelaku merasa lebih berani melakukan perundungan karena identitas mereka bisa disembunyikan. Mereka merasa aman di balik layar dan berpikir bahwa tindakan mereka tidak akan menimbulkan konsekuensi nyata.

2.     2. Kepuasan Pribadi atau Rasa Berkuasa

Beberapa pelaku merasa puas atau memperoleh rasa kekuasaan dengan menyakiti atau mempermalukan orang lain secara daring. Mereka mungkin merasa unggul atau menikmati perhatian yang didapat dari aksinya.

3.     3. Masalah Emosional atau Pribadi

Pelaku cyberbullying seringkali memiliki beban emosional seperti rasa marah, iri, frustasi, atau tidak bahagia. Mereka menjadikan perilaku merundung sebagai pelampiasan terhadap perasaan negatif tersebut.

4.     4. Pengaruh Lingkungan Sosial

Tekanan dari teman sebaya atau kelompok sosial juga dapat menjadi pemicu. Pelaku mungkin merasa perlu mengikuti tindakan teman-temannya agar diterima atau tidak tersingkir dari lingkungannya.

5.     5. Kurangnya Empati dan Kesadaran

Banyak pelaku tidak menyadari betapa besar dampak yang ditimbulkan oleh tindakan mereka terhadap korban. Mereka menganggapnya sebagai lelucon atau hal sepele, padahal bisa sangat menyakitkan secara emosional dan psikologis.

Dampak Cyberbullying terhadap Kesehatan Mental

Cyberbullying dapat memberikan tekanan emosional yang mendalam dan berkepanjangan bagi korbannya. Karena terjadi di ruang digital yang luas dan terbuka, efeknya bisa terasa lebih menyakitkan dan sulit dihindari. Berikut adalah beberapa dampak utama yang sering dialami korban cyberbullying:

1. Rasa Malu dan Terpuruk

Korban sering kali merasa malu karena perundungan terjadi secara publik dan dapat disaksikan banyak orang. Konten yang menghina, mengejek, atau mempermalukan bisa menyebar dengan cepat dan sulit dihapus. Kondisi ini menyebabkan korban merasa terhina, kehilangan harga diri, dan menarik diri dari lingkungan sosial.

Penelitian dalam Alauddin Scientific Journal of Nursing mencatat bahwa remaja yang menjadi korban cyberbullying cenderung mengalami tekanan emosional yang membuat mereka merasa rendah diri dan terisolasi.

2. Pikiran untuk Menyakiti Diri atau Bunuh Diri

Tekanan yang terus-menerus bisa mendorong korban ke titik krisis. Rasa putus asa dan kesedihan mendalam terkadang membuat korban berpikir untuk melukai diri sendiri, bahkan mencoba bunuh diri. Penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan UNESA menunjukkan bahwa korban bullying memiliki risiko hampir dua kali lipat lebih tinggi untuk mengalami pikiran atau percobaan bunuh diri dibandingkan mereka yang tidak dibully.

3. Depresi dan Gangguan Kecemasan

Cyberbullying dapat memicu gangguan mental seperti depresi dan kecemasan. Korban mungkin merasa terus-menerus cemas, sedih, tidak berdaya, hingga kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari. Tekanan ini bisa berlangsung lama, terutama jika tidak ada dukungan dari keluarga atau lingkungan sekitar.

Penelitian juga menunjukkan bahwa semakin sering seseorang mengalami cyberbullying, semakin besar kemungkinan mereka mengalami depresi berat.

4. Hilangnya Kepercayaan Diri

Pelaku cyberbullying kerap menyerang aspek pribadi korban, seperti penampilan, cara bicara, latar belakang, atau kondisi fisik. Hal ini membuat korban merasa tidak layak, meragukan dirinya sendiri, dan kehilangan rasa percaya diri. Mereka menjadi takut untuk bersosialisasi atau tampil di depan umum, bahkan dalam kehidupan digital.

5. Perasaan Tidak Aman dan Terjebak

Berbeda dengan perundungan langsung yang bisa dihindari secara fisik, cyberbullying dapat muncul kapan saja melalui ponsel atau komputer. Korban bisa merasa tidak aman bahkan di rumah sendiri. Perasaan tidak punya tempat berlindung ini membuat mereka merasa terjebak dan sulit keluar dari situasi tersebut.

 

 Contoh Kasus

Di tengah sorotan layar kaca, dunia para selebriti muda ternyata tak selalu penuh gemerlap. Aqeela Callista, aktris muda yang membintangi sinetron populer Asmara GenZ di SCTV, harus menghadapi kenyataan pahit di balik popularitasnya.

Meskipun dikenal dengan bakat dan pesonanya, Aqeela kerap menjadi sasaran komentar negatif dari netizen. Banyak dari komentar tersebut menyinggung warna kulitnya yang lebih gelap dibanding rekan-rekannya, dengan julukan yang menyakitkan seperti “berkulit magrib”, "nggak pernah semuak ini sama Aqeela". Ejekan ini bukan hanya sekadar cemoohan, tetapi juga bentuk diskriminasi yang membuat Aqeela merasa tertekan secara emosional.


Tidak hanya Aqeela, beberapa pemain lain juga mengalami perlakuan serupa, namun ejekan terhadap warna kulit Aqeela menjadi sorotan utama yang memicu keprihatinan banyak pihak. Melihat kondisi ini, pihak SCTV langsung bergerak cepat memberikan tanggapan serius.

Sebagai bentuk dukungan sekaligus edukasi kepada penonton, SCTV membuat video kampanye berjudul “Stop Cyberbullying” yang diputar di akhir setiap episode Asmara GenZ. Video ini menyampaikan pesan penting agar masyarakat lebih bijak menggunakan media sosial dan menghentikan segala bentuk perundungan digital yang bisa melukai hati dan jiwa seseorang.




Kampanye ini mendapat respon positif dari banyak kalangan, termasuk penggemar dan komunitas anti-bullying, yang berharap dengan adanya kesadaran ini dunia maya bisa menjadi tempat yang lebih aman dan penuh empati.

Di tengah badai komentar negatif, Aqeela menyampaikan rasa terima kasihnya atas dukungan yang terus mengalir dari keluarga, teman, dan penggemar setianya. Ia berharap pengalaman yang dialaminya bisa menjadi pelajaran berharga bagi banyak orang tentang pentingnya saling menghormati dan menjaga sikap, terutama di era digital seperti sekarang.


Cara Mengatasi Cyberbullying bagi Pelaku dan Korban

Penanganan cyberbullying tidak hanya berfokus pada korban, tetapi juga perlu mencakup pelaku serta dukungan dari lingkungan sekitar. Berikut adalah langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan oleh masing-masing pihak:

1. Penanganan bagi Pelaku Cyberbullying

Pelaku perundungan digital perlu didorong untuk memahami kesalahan dan memperbaiki perilakunya. Langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain:

·       Mengenali Dampak Tindakan

Pelaku perlu menyadari bahwa apa yang dilakukan bisa menyebabkan luka psikologis yang serius bagi korban, serta berdampak buruk terhadap citra dan masa depan dirinya sendiri.

·       Menghentikan Semua Bentuk Perundungan

Segera berhenti menyebarkan komentar negatif, pesan menyakitkan, atau informasi palsu. Menghentikan perilaku ini adalah langkah awal yang penting.

·       Membatasi Akses terhadap Media Sosial

Jika media sosial menjadi pemicu perilaku negatif, sebaiknya istirahat sejenak dari platform tersebut untuk menenangkan diri dan mengevaluasi sikap.

·       Meminta Maaf dengan Tulus

Mengakui kesalahan dan menyampaikan permintaan maaf kepada korban menunjukkan tanggung jawab dan niat untuk berubah ke arah yang lebih baik.

·       Mengikuti Proses Hukum Bila Diperlukan

Jika tindakan yang dilakukan melanggar hukum, pelaku harus menjalani proses yang berlaku dengan sikap kooperatif sebagai bentuk pertanggungjawaban.

2. Penanganan bagi Korban Cyberbullying

Korban perlu mendapatkan perlindungan, perhatian, dan dukungan psikologis untuk pulih dari dampak yang dialami. Beberapa hal yang dapat dilakukan:

·       Menghindari Kontak dengan Pelaku

Sebaiknya korban segera memutus komunikasi dengan pelaku, baik secara langsung maupun melalui media sosial.

·       Menyimpan Bukti Kejadian

Dokumentasikan setiap bentuk perundungan yang terjadi, seperti tangkapan layar, pesan, atau unggahan. Bukti ini berguna jika kasus perlu dilaporkan.

·       Melaporkan pada Pihak Berwenang

Sampaikan laporan kepada pihak berwenang, seperti kepolisian, sekolah, atau penyedia platform digital agar tindakan dapat segera diambil.

·       Mencari Dukungan Emosional

Bicarakan pengalaman yang dialami kepada orang-orang yang dipercaya, seperti keluarga, teman, guru, atau konselor profesional. Dukungan dari lingkungan sangat penting untuk memulihkan rasa aman dan kepercayaan diri.

Peran Bersama dalam Mencegah Cyberbullying

Cyberbullying hanya dapat dicegah dan diatasi secara efektif melalui kolaborasi semua pihak. Pendidikan etika digital, empati, dan tanggung jawab sosial harus ditanamkan sejak dini. Dengan menciptakan lingkungan digital yang saling menghargai, kita bisa menjaga ruang maya tetap aman dan sehat bagi semua orang.




 

Semoga ilmunya bermanfaat, terimakasih.



_Erni Asti_




Komentar

  1. Ngerii juga yaa, apalagii zaman sekarang semakin gilaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaa, makanya harus mulai dicegah adanya cyberbullying

      Hapus

Posting Komentar